Jingga langit senja menerawang
Tak mengusik badai yang menerjang
terduduk menanti malam datang
Malam yang membawakanku sejuta bintang
Hari yang usang begitu menjemukan
Fluktuasi nada sumbang mengiringi hariku
Hingga penat sampai diubun - ubun
Serasa dunia menghantam kepalaku
Di sunyi malam akulah sang pencipta lagu
Dan para bintang menjadi melodi ku
Maka ku rangkai nada sesukaku
agar indah mengiringi malam ku
Lautan Tak Berbatas
Seperti lautan hati, yang indah namun sulit untuk diselami. Semakin diselami semakin nampak ia tak berbatas. fluktuasi emosi yang menjadi nada kehidupan. Ketika sedih, senang, tawa, tangis, senyum, dan duka merangkai makna dalam hidup dan menjadikan hidup itu indah dalam gelapnya kehidupan.
Tersenyum kala ku sendiri
Dalam sebuah lingkar duniamu
Saat penaku berselancar di atas sebuah kertas buram
Ketika bayang mu tak henti mengitari kepalaku
Roh ku seakan melayang di kamar ini
Berputar - putar mencari asal hadir bayang mu
Dan bayang mu bagai tak bertuan
Hanya bayang mu terus bernaung tanpa bisa ku sentuh
Ketika awal menjadi akhir, itulah awal yang menyedihkan. Karna kenangan takkan pernah hilang, karna memory akan selalu hidup, maka biarlah kenangan itu tetap indah.
Akhir tak menjadikan sedih, namun jalan menuju akhir yang menjadikannya sedih. Makna bukan dinilai dari rasa, tapi rasa menghadirkan makna.
Ketika perpisahan menjadi akhir, tidaklah cinta pernah bernah berakhir. Karna cinta memberi awal baru pada setiap akhir, mengukir goretan-goretan pada dinding kehidupan hingga merubah nuansa bagi kehidupan.
Sepenggal kisah tentang seorang Aldi, seorang remaja SMA yang belum pernah mengenal cinta dan terjebak dalam lautan asmara.