Lautan Bintang

Lautan tak berbatas

Lautan Tak Berbatas

Jutaan bintang bertaburan di angkasa merangkai gugus-gugus bintang dilangit, bertabur serta seperti lautan tanpa batas. Lautan yang tampak indah meski tak bisa diselami. Bintang-bintang kecil, besar, terang, redup, merah, biru, putih, terangkai menjadi satu menjadi perhiasan langit yang pekat oleh hitamnya.

Seperti lautan hati, yang indah namun sulit untuk diselami. Semakin diselami semakin nampak ia tak berbatas. fluktuasi emosi yang menjadi nada kehidupan. Ketika sedih, senang, tawa, tangis, senyum, dan duka merangkai makna dalam hidup dan menjadikan hidup itu indah dalam gelapnya kehidupan.


Malang nasib pujangga
Yang mengukir sedih mereka menjadi puisi
Lalu orang-orang tersenyum mengagumi kesedihan mereka


Tak jelang waktu terulang
Tak kan datang langit kau pandang
Malang Hati yang lantang dalam jiwa pecundang

Dia bersyair pada dunia
Mengalir dalam soneta
Lalu merintih dalam gulita


Kau berdiri di kejauhan agar nampak seperti bintang kecil yang bersinar
Dan nyatanya kau hanya terlihat sebagai titik kecil yang hitam


Mereka yang tenggelam dalam kata” indah yang disajikan hangat oleh imajinasi mereka.
Mereka yang tenggelam karena dikerdilkan oleh kekhawatiran mereka.
Seperti seekor semut yang tenggelam dalam manisnya susu segar
Lihatlah mereka-mereka yang bodoh
Mereka simpan setiap kata demi kata yang dibisikan samar oleh hati mereka
Mereka biarkan jiwa mereka hanyut di dalamnya
Kenapa tak kau teriakan suara yang samar itu?
Ataukah hanya akan kau simpan karena begitu kikirnya hatimu?
Simpanlah, teruslah kau pendam
Walau sesak sudah meronta
Hingga saatnya membludak, dan tataplah puing-puing hatimu yang berserakan


Hari-yang galau ditengah pergantian musim, fakta ambigu dari sebuah peralihan. Stop disini!!! Karena aku sedang tidak sama sekali tertarik pada peralihan, aku hanya sedang menikmati kegundahan ini. Seperti ketika saat aku yang sedang duduk di teras dengan secangkir teh hangat dan sebatang puntung rokok yang kehilangan bara.
Hari-hari yang begitu cerah namun terasa begitu dingin. Seperti mereka yang tersenyum dengan mata yang sayu. Dan mereka yang tertawa dengan tatapan mata yang kosong dan tak bergeming.
Seperti yang sudah ku bilang, aku hanyalah seorang penonton, yang sedang menatapi seekor semut yang tenggelam atau entah dia sedang menyelam dalam cangkir teh hangat di depan ku.
Apakah akan ku teguk teh itu??
Ku biarkan saja, meski dingin angin malam ini
Ingin ku buang namun sayang rasanya
Kubiarkan saja hingga menjadi dingin,
Dan kutinggal mereka bersama kesalku
…..

Aku hanyalah seorang di sudut gelap bangku-bangku kosong penonton
Duduk, diam, dan diombang-ambingkan emosi

Statistik

Entri Populer

Pengikut